Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Pilih Bahasa
Teks yang dirangkum oleh AI durumis
- Di tengah perusahaan yang memanfaatkan pemasaran ramah lingkungan untuk menjual produk, 'greenwashing' yang meragukan keasliannya muncul sebagai masalah.
- Greenwashing adalah tindakan menipu konsumen dengan mengklaim produk ramah lingkungan padahal tidak, contohnya adalah program Starbucks yang memberikan tumbler reusable.
- Uni Eropa dan beberapa negara lainnya telah mengeluarkan undang-undang yang mengatur greenwashing, meningkatkan kesadaran mengenai pemasaran ramah lingkungan yang tidak benar.
Krisis iklim telah menjadi masalah global, dan dengan demikian, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan meningkat. Karena krisis iklim sulit diatasi hanya dengan gerakan individu, negara dan perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengubah pola perilaku masyarakat agar perubahan iklim dapat dicegah. Keberlanjutan lingkungan kini menjadi salah satu strategi pemasaran perusahaan. Tumbler yang dapat digunakan kembali, botol air minum tanpa label plastik, kemasan yang dapat didaur ulang telah menjadi hal yang lazim, sehingga konsumen memiliki lebih banyak pilihan untuk mempertimbangkan lingkungan dalam proses pembelian.
Perubahan ini tampak sangat bagus. Namun, apakah produk yang kita anggap ramah lingkungan benar-benar 'ramah lingkungan'?
pixabay
Ada istilah 'Green Washing'. Istilah ini berasal dari 'White Washing', di mana 'White Washing' mengacu pada diskriminasi ras yang terjadi ketika aktor berkulit putih berperan sebagai karakter yang bukan berkulit putih. Jadi apa itu Green Washing? Green Washing adalah istilah untuk menggambarkan tindakan mengklaim bahwa suatu produk ramah lingkungan padahal sebenarnya tidak.
Starbucks
Contohnya adalah tumbler Starbucks yang menjadi masalah karena Green Washing. Memang benar bahwa menggunakan tumbler lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan cangkir sekali pakai. Namun, jika tumbler yang dapat digunakan kembali diproduksi dan dikonsumsi dalam jumlah besar, maka hal ini tidak lagi menjadi tindakan ramah lingkungan. Starbucks telah mengadakan acara perayaan 50 tahun dengan memberikan tumbler untuk minuman. Secara tampilan, hal ini tampak ramah lingkungan karena tidak menggunakan cangkir sekali pakai. Akan tetapi, tumbler yang diberikan juga terbuat dari plastik, sehingga acara ini menimbulkan kontroversi karena dianggap mendorong konsumen untuk membeli produk plastik. Meskipun niatnya baik, konsumen Starbucks sudah menganggap tumbler Starbucks sebagai 'barang dagangan', sehingga tidak dapat menghindari kontroversi Green Washing yang hanya merupakan strategi pemasaran dengan mengatasnamakan lingkungan.
pixabay
Uni Eropa baru-baru ini mengeluarkan undang-undang terkait Green Washing. Undang-undang ini bertujuan untuk melarang perusahaan
melakukan pemasaran produk yang mengklaim ramah lingkungan tanpa dasar. Pihak Uni Eropa memperkirakan bahwa lebih dari 50%
pelabelan ramah lingkungan akan hilang akibat undang-undang ini.
Konsumen hanya fokus pada kata 'ramah lingkungan' yang tertera, tanpa mengetahui bagaimana produk tersebut diproduksi dan didistribusikan. Ini berarti bahwa konsumen mudah tertipu oleh Green Washing. Selain Uni Eropa, Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis juga telah menerapkan aturan untuk mengendalikan Green Washing. Inggris telah menyelidiki iklan yang mengklaim ramah lingkungan tanpa dasar, Amerika Serikat telah menjatuhkan denda sebesar 3 juta dolar kepada Walmart karena melakukan Green Washing. Prancis telah membuat undang-undang yang mewajibkan perusahaan yang terbukti melakukan Green Washing untuk membayar denda sebesar 80% dari biaya promosi.
pixabay
Green Washing merupakan tindakan yang menipu konsumen. Beberapa konsumen rela membayar lebih mahal untuk memilih produk yang ramah lingkungan, dan mereka juga memilih produk ramah lingkungan jika harganya sama. Tindakan licik yang memanfaatkan kepedulian konsumen untuk meningkatkan keuntungan perusahaan harus dihentikan.